Oleh Rahadyo Handraskoro | Sosiologi UGM 2011
Hubungan tarik ulur antar saudara di Semenanjung Korea
Latar sejarah terbaginya Korea
Pasca menyerahnya Jepang dalam Perang Dunia, praktis terjadi kekosongan pemerintahan(vaccum of power) di hampir semua negara pendudukan Jepang. Melalui keputusan PBB, akhirnya diputuskan bahwa negara-negara yang tergabung sebagai pihak sekutu selama Perang Dunia II berhak mengisi kekosongan kekuasaan di negara-negara tersebut termasuk yang berada di kawasan Semenanjung Korea yang saat itu menjadi kawasan favorit selain negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Dengan dalih melucuti persenjataan Jepang yang tertinggal dan membebaskan para tahanan politik, akhirnya ditunjuklah Uni Soviet dan Amerika Serikat dikarenakan kedua negara tersebut dianggap lebih mampu dalam hal pemerintahan dan militer saat itu. Mula-mula kerjasama antar negara adidaya tersebut berjalan damai sampai akhirnya muncul kebijakan dari pemerintahan Soviet di utara(Korea utara) yang ingin menyatukan Semenanjung Korea dengan cara invasi militer ke pemerintahan AS di selatan(Korea selatan) dengan persenjataan Jepang yang tertinggal dan sebagian artileri ‘made in USSR’. Penyerangan tersebut memicu pemerintahan AS di selatan membalas serangan tersebut dan membuat garis militer pararel-38(Demilliterized Zone/DMZ) di kota perbatasan kedua korea.
Periode ‘emas’ hubungan antar-Korea
Tahun 1953, diadakan perjanjian gencatatan senjata antara pihak Korea utara maupun Korea selatan .Sejak itulah mulai bermunculan kebijakan reunifikasi antar-Korea tetapi banyak peristiwa yang membuat tujuan tersebut tidak berhasil, salah satunya percobaan pembunuhan Park Chong-hee.
Kebijakan Sunshine policy milik Kim Dae-jung, Presiden Korea selatan pada tahun 2000 termasuk yang bersejarah dalam hubungan antar-Korea, dengan perjanjian “15th North-South Joint Declaration†yang menjelaskan akan memberikan bantuan ekonomi kepada Korea utara dan akan saling melakukan kunjungan antar pemimpin masing-masing Korea, kebijakan tersebut mendapat dukungan dari chaebol Hyundai Asan Group, Chung Ju-young yang mengusulkan wacana dibukanya tujuan wisata ke gunung Geumkang di Korea utara untuk umum khususnya bagi wisatawan asal Korea selatan dan kawasan industri antar-Korea di Kaesong (Kaesong Industrial Complex). Kedua proyek besar tersebut saat ini telah menjadi sumber pendapatan/devisa utama Korea utara.
Dengan adanya perjanjian tersebut, Korea utara mulai membuka diri dengan kebijakan yang memperbolehkan puluhan keluarga Korea utara mengunjungi saudaranya yang terpisah di Korea selatan dan sebaliknya (walaupun hanya di wilayah DMZ) yang terpisah akibat Perang Korea, dan memperbolehkan jalur khusus untuk rel kereta dan sambungan kabel telepon yang menghubungkan Seoul-Pyongyang. Pada olimpiade Sydney 2000 sampai Athena 2004, masyarakat internasional dikejutkan dengan munculnya kontingen dari Korea bersatu (unified Korea) yang berisikan para atlet dari kedua Korea tersebut.
Perkembangan hubungan antar-Korea saat ini
Semenjak Lee myung-bak terpilih menjadi presiden Korea selatan pada tahun 2010, kebijakan Sunshine Policy dianggap hanya menghamburkan uang negara sehingga ditiadakan. Adanya perubahan tersebut membuat Korea utara yang sangat bergantung kepada tetangganya tersebut menjadi kelabakan sehingga Pyongyang melakukan manuver dengan munculnya insiden tenggelamnya kapal perang Cheonan milik Angkatan laut Korea selatan dan pengeboman ke pulau Yeonpyeong yang oleh pihak Pyongyang dimaksudkan untuk ‘menunjukkan kualitas jenderal baru Kim Jong-eun’.
Dengan meninggalnya Kim Jong-il, Kim Jong-eun menjadi orang nomor satu di Korea utara mengantikan peran ayahnya menjadikan stabilitas antar-Korea yang telah terbangun menjadi terancam dikarenakan usia dan pengalaman Kim Jong-eun yang masih ‘mentah’. Ketidakpercayaan tersebut tidak hanya dari Korea selatan, tetapi juga dari jajaran pejabat Pyongyang termasuk pihak militer yang meragukan kemampuan pemimpin barunya yang mendapatkan titel ‘Enlightment Leader’.