Dalam wawancara alumni yang pertama, rekan-rekan humed mewawancarai salah satu dosen di program studi sosiologi yaitu mba Wahyu Kustiningsih. Berikut ini adalah hasil wawancara dari rekan-rekan humed dengan mba wahyu.
- Bagaimana kesan pertama saat masuk Sosiologi UGM?
Kesan saya saat masuk Sosiologi ya awalnya biasa saja. Karena saya kan terpilih di pilihan 3 saat tes masuk. Saya mengambil IPC dengan pilihan pertamanya Arsitektur.
- Mengapa Mbak Wahyu memilih jurusan sosiologi?
Saya menyukai sosiologi sejak SMA karena guru saya sendiri. Pada waktu itu guru saya mengajar mata pelajaran sosiologi dengan sangat menarik. Pernah suatu saat saya mengobrol dengan beliau, tiba-tiba beliau mengatakan bahwa saya cocok masuk ke Jurusan Sosiologi. Hal itulah yang kemudian mendorong saya untuk memilih sosiologi di pilihan ke 3. Selain itu, saya ngefans dengan Garin, karena Garin saya jadi masuk sosiologi, padahal dia sendiri bukan dari sosiologi tapi antropologi.
- Mata kuliah ada yang dulu menjadi favorit dan berkesan?
Sebenernya semua mata kuliah sama saja menurut saya. Tapi saya menyukai salah satu mata kuliah yang diampu oleh Mbak Amel, yaitu capita selecta. Jaman dulu juga ada mata kuliah dengan model kuliah umum, jadi semua mahasiswa di Fisipol bisa ikut mata kuliah itu dan itu yang paling berkesan juga.
- Apa yang berubah dari FISIPOL dulu dan sekarang?
Yang paling mencolok dari perubahannya sih bangunannya ya. Kalo kalian tahu ini dulu semua bangunan lama, kalau sekarang kan sudah bagus semua ini bangunan. Jaman dahulu juga kantin itu sangat nyaman karena kita bisa lesehan dan utang sama ibu kantinnya, beliau pun juga tidak keberatan. Dahulu itu kantin sangat terasa kebersamaannya, tidak seperti sekarang yang sudah terkesan high class dan makannannya tidak beragam.
- Apa saja kegiatan Mbak Wahyu selama menjadi mahasiswa?
Saya dulu tidak mengikuti organisasi apapun, karena saya memiliki prinsip untuk mencari uang sendiri. Orang tua saya tipe orang tua yang sulit untuk memberikan sesuatu dan selalu hemat. Hal itulah yang memutar otak saya untuk berusaha mencari uang sendiri. Akhirnya di semester awal saya membuka Event Organizer bersama teman dan kakak tingkat. Walaupun pada akhirnya EO itu tidak bertahan lama. Saya sebenarnya mengikuti Sintesa tetapi di sana saya pun juga yang bertugas mencari uang. Jadi memang saya menyukai hal-hal seperti itu.
Selain itu, saya mencoba bergabung dengan NGO. Waktu itu jarang ada orang yang bisa survey, apalagi posisi di Jogja. Kemudian setelah saya masuk dari NGO itu, niat saya semakin besar di ranah akademis. Disitu aku mulai tahu ternyata di NGO itu bagi saya cukup menguras tenaga, tapi gajinya tidak sesuai dengan pengorbanan. Saya memutuskan keluar, karena saya merasa kalo tetap di NGO, saya tidak bisa maju. Hingga akhirnya melanjutkan S2 dengan biaya dari mama, karena kalau menunggu beasiswa membutuhkan waktu lama dan cukup menguras waktu. Waktu itu awal-awal kebijakan sertifikasi guru dan mama saya itu adalah guru. Jadi saya bilang ke mama “ma, sertifikasi mama aku kerjain, tapi uang sertifikasi mama selama satu tahun buatku, buat aku kuliah”. Sebenernya uang sertifikasi satu semester sudah cukup untuk saya gunakan kuliah udah cukup. Dulu satu semester itu 6 juta, dan saya hanya 3 semester. Padahal rata-rata orang kuliah S2 kan antara 2 sampai 6 semester. Saya tidak mau buang duit, jadi 1 tahun kuliah, ½ tahun menyusun tesis. Pada waktu tesis itu saya nyari Mbak Amel yang waktu baru saja pulang dari kuliah di luar.Sebenarnya waktu itu saya sempat diminta orang tua untuk menikah, tapi saya juga tidak mau.
- Apa cita-cita Mbak Wahyu ketika menjadi mahasiswa?
Saya tidak ada cita-cita yang pasti ketika jadi mahasiswa, bahkan menjadi dosen saja saya tidak terpikirkan sebelumnya. Saya selalu memegang prinsip untuk menjadi individu yang berbeda dari yang lain, sehingga menjadi orang yang dibutuhkan oleh orang lain.
- Apa pesan untuk mahasiswa sosiologi sekarang?
Untuk saat ini mungkin selama masih di semester awal, kalian manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Perbanyak diskusi satu sama lain sehingga gap antara satu dengan yang lain tidak terlalu jauh. Perbanyak membaca buku sebelum terlambat.
Untuk kedepannya saya berpesan kepada kalian, jadilah individu yang berbeda dari yang lain sehingga kalian yang nantinya akan dibutuhkan oleh orang.